Selasa, 25 September 2012

MAU’IDHOH HASANAH OLEH : KH. M. SHOLACHUDDIN ABDUL DJALIL MUSTAQIM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Bukan hanya hal-hal yang rukun dan yang sunah mulai dari segi keimanan dan semua kewajiban yang perlu kita perhatikan, namun ada satu hal, kalau kita kolektivitas ya kiamat.
Apapun yang ada di dunia ini, tetap bisa diusahakan, meskipun usaha kadang mengalami kegagalan, menemui jalan buntu dan mendapatkan rintangan yang besar, akan tetapi semua itu tergantung kita sendiri. Kita itu asalnya dari cair, kemudian cair menjadi keras, lalu keras membentuk jasmani, hati, jantung, ginjal, liver dan semua yang ada pada tubuh kita itu, diporoskan dan diawali dari hati. Rasulullah itu umurnya  63 th, kemudian meninggal, karena dalam kehidupannya Rasulullah banyak menggunakan hati dan pikiran, menahan diri, belajar bersabar, bertaqwa dan melakukan hal-hal positif. Untungnya Beliau itu seorang Rasul, kalau lupa ada yang mengingatkan, yaitu Allah melalui malaikat Jibril, sedangkan kita itu dibebaskan. Jadi Beliau lebih baik dari pada kita, jasmaninya manusia akan tetapi ruhaniahnya sudah menyatu dengan Allah, sedangkan kita berpikir agak berat saja kadang tidak kuat.
Kata orang tua dulu “jangan sering makan hati nanti kalau sudah besar akan sakit sakitan dan tidak bisa diobati”, kalau tidak itu, jangan suka makan kepala, makan otak, karena nanti isi otakmu itu banyak yang ndak bener, makan saja hatinya…! implementasi, maksud dan tujuannya dulu apa?
Sebenarnya hidup di dunia ini kalau kita rasakan tidak enak, sebelum masuk neraka juga tidak enak, masuk ke surga juga tidak enak karena tidak ada rasanya karena nafsu kita nanti dilepas, justru yang enak masuk neraka karena kita masih merasakan sakit.
Sebelum kenabian, menjadi pembela umat manusia dan  mendapat panggilan Allah, Nabi Muhammad sebenarnya hatinya ya sama seperti kita juga ada kebimbangan. Sebenarnya orang hidup itu, menurut fungsinya terlalu banyak yang mau ditafsirkan dari pada penafsirannya sendiri. Dalam kehidupan itu, dalam hakekat akhlaq yaitu kata-kata yang biasanya dipakai di bangsa Arab yaitu Bismillahirrahmanirrahim artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, nah dalam Al-Quran, disitu ada alif lam mim (لم ا), lalu ada nun ( ن ), ha mim ( حم ) dan huruf mim ( م ) itu bentuknya seperti : alif ( ا ), lam ( ل ), lam ( ل ), ha’ ( ) dan ha’ ( ) itu bentuk hurufnya bundar artinya kalau bulat responnya ya bulat terus, nah kalau kamu burek responnya ya burek terus. Pada hal di sini garisnya jelas alif ( ا ) itu lurus dan lurus ini berartikulasi dari sebuah titik, huruf alif itu sebelum jadinya satu apa alif atau apa a ? bukan tapi adalah titik, lalu titik itu adalah ceteh, jadi bentuknya lurus seperti itu. Huruf ba’ itu masih ada titiknya, ta’ titiknya dua, tsa’ titikya tiga, jim titiknya satu, ha’ tidak ada titiknya dan kho’ titiknya satu dst.
Huruf itu adalah cerminan kita, dalam menjalankan atau melakukan sesuatu, semua itu ada artinya dan manfaatnya, tidak mungkin orang berdo’a kepada Allah itu tidak didengarkan ( non send ), ungkapan kita yang baik itu lebih diterima di dunia ini. Contoh orang astronomi berpendapat bahwa banyaknya asap rokok, asap pembakaran sampah, asap kendaraan dsb, kalau terus menerus masuk ke lapisan ozone, maka kalau lapisan ozone itu tidak kuat akan pecah kiamatlah sudah, karena dunia ini tidak bisa lagi digunakan untuk bernafas. Sebenarnya kebiasaan merokok kita itu adalah jelek, contoh kalau kita buang air kecil, buang air besar, makan, minum. Kalau kita minum terlalu cepat atau tergesa-gesa ya tersedak, makan mengunyahnya kurang halus tidak memakai aturan atau patokan dengan 33x kunyahan ya bisa tersedak, berjalan langkah kaki kita salah bisa tersadung semua ada artinya. Kalau kita buang air besar, kita ngotot atau kita paksakan untuk keluar, lama sekali kita di toilet itu bisa terkena penyakit prostat dan kalau kita punya kebiasaan ngeden ( ngotot ) buang air besarnya juga bisa kena penyakit ambyen. Jadi apa to tujuannya disuruh buang air kecil dan buang air besar yang benar, yaitu biar jasmani dan rohani kita itu sehat, seperti yang dikatakan para dokter.
Nah kalau kita bernafas irama nafasnya itu, kalau kita mengambil nafas ya ditarik kemudian dikeluarkan, detak jantungnya, kecepatan aliran darahnya, itu kalau kita merokok akan menghambat saluran pernafasan otomatis itu, lalu pengaruhnya kalau kita wiridan ya tidak kuat. Jadi kalau Kyai ngrokoknya kenceng, maka wiridannya akan terganggu, bukan artian tidak kuat dalam posisi duduknya, tetapi mencari pasnya itu yang sulit. Akhirnya kalau wiridan jadi panjang, biasanya cukup dibaca 10x jadinya bisa seratus, bisa seribu bahkan bisa sampai satu juta, sampai lafazd yang dia baca sesuai. Semakin dia alim, semakin dzikir yang dia baca semakin jauh, tetapi kalau Kyai kesehatan dzikir satu kali saja sudah sampai ( jutul ), karena nafas yang dihidung itu, tidak usah mengotot akan keluar dengan sendirinya, selesai dengan sendirinya. Tetapi dengan syarat tidak ada makanan yang haram dan subhat dalam tubuh kita, jadi makannya harus halal. Kita makan minum tidak baca Bismillah, yang kedua kita makan ada makanan yang halal, subhat, makruh, haram, maka semua itu akan menghambat larutan atau cairan kita menjadi keras. Karena kalau kita makan yang keras dan subhat otomatis dengan nafas yang seimbang, rasanya tidak ada sisa masuk dalam tubuh kita akhirnya belum keluar dan masih tertahan, makanya sama dokter disuruh banyak makan pisang, karena itu akan menjadi oli yang mencairkan itu semua. Pisang itu mempunyai komposisi oksigen, serat, jadi bisa merangkul itu semua untuk dikeluarkan dari tubuh kita.
Jadi kalau kita pikir-pikir semua yang kita lakukan itu ada artinya dan manfaatnya, walaupun itu bentuknya kotoran akan bisa menyuburkan yang namanya tanaman yang ditanam di atasnya. Karena kesemua itu adalah satu rangkaian, tetapi kadang-kadang yang melihat itu malah sumpek. Makanya kalau saya pikir-pikir, saya bekerja gampang ditipu orang bukannya saya tidak tahu kalau sedang ditipu, cuma wataknya orang yang suka menipu ya sering keterlaluan. Jadi bukannya saya tidak mengerti, tapi kita harus tenang, dalam berilustrasi itu juga harus seimbang seperti itu. Kita itu menaruh atau menempatkan perasaan, menempatkan rumongso, husnuzdon, penafsiran dalam hati itu, seperti kita menaruh jarum di tengah hutan, ketika sudah kita jatuhkan lalu dapatkah kita cari? disitu ada cairan yang berkialau di dedaunan, ada hewan dengan mata yang berkilau dan ada cahaya-cahaya yang lain dan kita tidak tahu dimana letak jarum itu, mungkin kalau kita cari dengan pelan-pelan, diperhatikan jalannya, prosesnya lama kira-kira sampai mati apa bisa ketemu? Kalau kita berjalan ada kerikil dijalan disisihkan itu namanya akhlaq. Ibaratnya pohon kalau menanamnya jaraknya diperhitungkan, diatur dengan aturan yang benar maka akan tumbuh dengan baik. Jadi batas-batasannya hidup di dunia ini sudah jelas.
Nah itu tadi arti ba’ ( ب ) saja pada Bismillah, belum sampai Bisnya, belum sampai sinnya ( س ), belum ke mim ( م ), belum ke alif ( ا ), lam ( ل ), lam ( ل ), ha’ ( ) belum sampai ke Arrahman, ke Arrahim. Maka belum bisa kita untuk membaca Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, Arrohmanirrahim, Maaliki yaumiddin, iyyaKa na’ budhu waiyyaKa nasta’in. Kalau kita belum bisa membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka jembatannya Arrahmanirrahim ya belum ketemu. Alhamdulillah itu sebenarnya apa? yaitu memuji kepada Allah, berterima kasih kepada Allah.
Ayat-ayat pertama dalam Al-Quran seperti Alif Lam Mim pada surat Al- Baqarah, awalnya Surat Yasin dst, itu semua pasti tidak ada artinya dan artinya dikembalikan lagi kepada Allah. Jadi kalau kamu bersyukur itu berterima kasih kepada Allah, tetapi itu tidak bisa kamu lakukan kalau kamu belum melewati Bismillahirrahmanirrahim. Bagaimana kamu bisa bersyukur kamu menerima Arrahman dan ArrahimNya saja tidak kuat, ya pasti tidak bisa. Kalau ada orang mengaku bisa  bersyukur tanpa adanya itu semua, itu hanya hayalannya saja.
Sebelum Allah menjadikan alam ini, Allah menciptakan nur Muhammad terlebih dahulu. Kemudian menciptakan syetan, malaikat, baru kemudian Adam ( bapak dari manusia ). Berarti itu sudah ada situasi kecil namanya politik, konflik ( persoalan ), peperangan, ilustrasi, pemikiran, karakteristik, individu. Maka kita harus pandai-pandai bermain politik dengan memakai hati, pikiran dan sikap, belum lagi dengan apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, apa yang kamu rasakan. Jadi kita itu merupakan makhluk yang paling sempurna dari ciptaa-Nya yang lain. Tidak ada yang lebih sempurna selain sifat manusia. Sekarang kalau dalam berpolitik, sempurna bertemu kesempurnaan bisa ndak? ya pasti tidak bisa. Kita jangan menyentuh perbedaannya dulu, namun kita lihat kesamaannya. Contoh : satu tambah satu itu ada hasilnya, tetapi kalau satu saja tidak ada artinya paling angka romawi. Pada subjek semua itu akan kembali, karena apa semua itu berasal dari titik.
Lukisan yang paling mahal di dunia ini dan sulit untuk dilakukan oleh seorang pelukis, kalau ada kanvas putih bersih kemudian diberi titik, lalu titik itu dilihat dengan memakai mikroskup bentuknya seratus derajat dan benar-benar lurus dan ada lubang ditengahnya bentuk bulatannya lurus, lukisan seperti itu yang paling mahal. Jadi dia sebelum begitu, adalah kekosongan yang focus pada inti, kalau semua persoalan dijadikan satu maka akan menjadi nol atau titik. Bila kita berhitung dari angka satu ( 1 ) sampai dengan Sembilan ( 9 ) dan angka sepuluh itu sebetulnya adalah angka satu dan nol jadi kalau kita berhitung akan kembali keangka satu. Jadi angka sepuluh itu bisa diibaratkan politik ( sistem ) bukan menjadikan keterbukaan. Seperti nasionalisme, orang itu sudah terangkum dalam event kapitalisme, jadi nasionalisme itu adalah politik.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by AINURRIDWANPONPES MANBAUL HUDAIslamic2 Template