Rabu, 26 September 2012

SYAFA’AT / PERTOLONGAN DARI SESAMA MURID

OLEH : K. DHOFIR SUHAIMI

Ketahuilah bahwa kita manusia ini pasti akan kembali atau sowan ke hadlirat Ilaahi Robbi dan disana nanti diminta untuk bertanggung jawab tentang perbuatan di dunia. Agar kita bisa mendapat keselamatan disana, kita harus memerlukan banyak pertolongan. Adapun sumbernya pertolongan hanya dari Allah SWT. Adapun Allah SWT. menyebarkan pertolongan dilewatkan beberapa jalur, ada yang lewat Rasul-Nya, para Nabi, para kekasih Allah SWT., guru Mursyid dan ada juga yang lewat sesama orang mu’min terutama teman seperguruan dipangkuan guru Mursyid. Maka dari itu kita perlu sekali memperbanyak teman ketika masih hidup di dunia ini agar banyak jalur yang bisa dilewati oleh pertolongan Allah SWT. yang bisa kita terima sebagaimana sabda Rasulullah SAW. : “Perbanyaklah saudara (teman sesama mu’min) maka sesungguhnya disetiap orang mu’min bisa memberi pertolongan besok di Hari Qiyamat”. H.R. Ibnun Hajar. Adapun kita bisa mendapat syafaa’at (pertologan) dari sesama orang mu’min terutama yang seperguruan di hadapan seorang Mursyid, jika kita memenuhi etika terhadap sesama teman-teman kita. Diantaranya kita harus menaruh rasa simpati kepada mereka, karena mereka sama-sama murid guru kita, sebagaimana kita berteduh dengan orang lain dibawah satu payung jika kita berbuat yang aneh-aneh maka teman kita atau kita sendiri yang kehilangan teduhnya payung.
            Prakteknya berhubungan dengan sesama murid, kita jangan merasa punya kelebihan diatas sesama murid, sekalipun terhadap yang lebih muda, bahkan yang lebih bodoh kadang diantara kita ada yang merasa lebih dahulu menjadi murid, merasa lebih dekat dihadapan guru, dsb. Itu semua mendorong perasaan takabbur tidak mungkin mempunyai perasaan tawaadluk, sebab ilmu yang diberikan oleh Allah SWT. lewat guru Murdyid, itu bagaikan air, air itu selalu mengalir ketempat yang lebih rendah, tidak ada air itu mengalir ketempat yang lebih tinggi, itu namanya mudik. Begitu juga ilmu yang manfaat (hikmah) akan diberikan oleh Allah SWT. kepada manusia yang hatinya tawaadluk merendah ke sesama murid sepermursyidan, kepada orang muslim lain apa lagi tawaadluk kepada Mursyid. Orang yang takabbur tehadap sesama atau orang yang lebih tua nasibnya akan sengsara, tidak akan mendapat derajat dan tempat yang mulia, seperti nasibnya kelapa, kelapa itu yang muda bertempat diatas sedangkan yang tua ditempatkan yang bawah, baik didalam janjangan (dompolan kelapa) maupun didalam satu kelapa, yang bagian atas lebih tipis (muda / degan) sedang bagian bawah lebih tebal (tua) karena kuwalat dengan yang lebih senior, maka nasibnya sengsara, orang memanjat pohon kelapa akan mengambil buah kelapa pasti secara kasar, dibabat dengan parang, setinggi 10 meter langsung dijatuhkan kebawah, ada yang jatuh diatas batu yang keras, ada yang lebih keras lagi, lalu disumbat dengan linggis, masih dikeprok dengan parang tadi agar pecah, masih diparut, dicepit agar keluar santannya, ada yang tambah ujian lagi, dipanasi diatas wajan digoreng, agar menjadi minyak goreng. Sudah menjadi santan atau minyak goreng masih belum bisa naik diatas meja kecuali mengantarkan pisang, ada yang dibuat kolak (minuman orang puasa) ada yang dibuat menggoreng pisang. Santan atau minyak kelapa bisa naik diatas meja, karena mengantarkan pisang.
            Kalau hanya santan atau minyak kelapa tidak pantas untuk dijadikan hidangan. Begitu juga orang yang sombong terhadap sesame murid tidak mungkin akan dapat derajat mulia, kecuali sedang mengantarkan syekh atau ustadz. Sebenarnya yang dimulyakan syekh atau ustadz tetapi karena dia yang mengantarkan maka dia mendapat keramat gandul dari kemulyaan syekh atau ustadz bukan kemulyaan sendiri. Adapun orang yang tawaadluk kepada sesama dia bagaikan buah semangka dilihat dari pohonnya saja selalu merambat mepet diatas tanah tidak seperti pohon kelapa buahnya lebih senang kalau ditutup dengan damen (tangkainya padi) apa lagi kalau ditanam dibawah tanah semakin tua semakin manis rasanya akhirnya akan mendapat kemulyaan yang luar biasa buktinya : orang yang memetik buah semangka pasti berpenampilan sopan begitu memetik, langsung mengusap memakai telapak tangan. Satu persatu dipondong untuk dipindahkan ketempat yang disediakan dari sawah naik diatas pikup dari pikup naik diatas tuk sampai turun ketempat pemasaran penjual buah semangka tidak ada yang melemparkan seperti buah kelapa sebab kalau dilempar-lemparkan akan pecah-pecah semua pembelinya saja orang yang naik mobil tidak sama dengan pembeli kelapa setelah sampai dirumah pembeli buah semangka langsung dipecah memakai pisau yang tipis dan tajam tidak memakai parang seperti memecah kelapa, setelah dipecah tipis-tipis memaki pisau yang tajam lansung berani naik tahta diatas meja untuk hidangan tanpa diantarkan oleh minyak kelapa dan tidak mengantarkan apa-apa.
            Kesimpulan barang siapa yang sombong kepada sesama tidak akan mendapatkan derajat yang mulya kecuali keramat gandul dengan orang lain seperti kelapa dan barang siapa yang tawaadluk akan mendapatkan derajat yang mulya tidak usah menunggu keramat gandul dari orang lain seperti buah kelapa sesuai denagan sabda nabi SAW. : “Barang siapa yang takabbur akan dijatuhkan derajatnya oleh Allah SWT dan barang siapa yang tawaadluk akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
            Dan firman Allah SWT. yang artinya : “wahai orang-orang yang beriman jangan meremehkan suatu kaum terhadap kaum yang lain”. Kadang-kadang kaum yang diremehkan dihadapan Allah SWT. lebih baik, ada lagi yang lebih mulya, ada lagi yang diberi keberhasilan sama halnya kelompok satu dengan yang lain atau secara individu dari anggota kelompok. Mudah-mudahan kita termasuk golongan semangka tidak menjadi kelapa.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by AINURRIDWANPONPES MANBAUL HUDAIslamic2 Template