ADAB
SEORANG
MURID TERHADAP DIRINYA SENDIRI
Orang yang menghendaki selamat di
dunia &
akhirat hendaklah selalu memenuhi beberapa adab untuk mengatur jiwanya.
·
Selalu
merasa
bahwa ALLOH SWT senantiasa melihatnya, sehingga merasa malu dihadapan
ALLOH, jika punya hadast kecil apalagi hadast besar, bagaikan orang yang
badannya kotor apalagi seluruh badannya kena najis, dihadapan orang yang
harus
di hormati kemudian membiasakan mengucap ALLOH-ALLOH didalam hati.
·
Jangan
berlebih-lebihan
didalam segala sesuatu yang mubah (makan, minum dan tidur)
tetapi secukupnya saja.
·
Meningkatkan
cinta
kepada ALLOH, mengalahkan cinta lainnya.
·
Jangan
sampai
tidur masih mempunyai hadast besar.
·
Jangan
mengharap
sesuatu yang menjadi milik orang lain dan meninggalkan penilaian
manusia, tetapi hanya mencari penilaian ALLOH (didalam bahasa jawa
abang-abang lambe).
·
Jika
sedang
kena ujian berupa : sulitnya mendapat rizqi, kaum-saudara bahkan
keluarganya
membenci jangan sampai merasa bosan tetapi sabarlah, sebab banyak sekali
murid
yang kena cobaan ini, jika sabarnya diterima tidak lama lagi akan dibuka
mata
hatinya, akan tetapi jika merasa putus-asa bahkan sampai tidak merasa
butuh
kepada Thoriqoh lagi maka akan sesat selamanya dan rusaklah baiatan-nya
secara
batiniyah.
·
Selalu
mawas
diri jika merasa menurun ibadahnya, supaya dipaksa dan diberitahu bahwa
lebih
lama nikmat di akhirat daripada susahnya ibadah di dunia.
·
Menjaga
lisan-nya
dari perkataan yang tidak berguna serta menjaga hati dari kehendak
yang tidak diridhoi ALLOH SWT.
Barang siapa yang menjaga lisan-nya
dan
istiqomah hatinya, maka akan mendapat keterangan hati.
·
Membiasakan
mengurangi
makan & minum, ukurannya berhenti sebelum kenyang.
·
Memejamkan
mata
dari melihat sesuatu yang di haramkan, apalagi melihat sesuatu yang
menyebabkan syahwat (keinginan).
·
Meninggalkan
gurau,
tertawa terbahak-bahak yang tidak berfaidah menurut syar’i.
·
Meninggalkan
perdebatan
(debat kusir) dengan para pelajar dan ahli ilmu, tetapi cukup
memberi penjelasan saja. Sebab orang yang berdebat, kebanyakan emosi,
hanya
menuruti kehendak nafsu, kemudian terjerumus kedalam kecurangan.
·
Menjahui
rasa
ambisi pangkat, derajat & jabatan, kecuali kalau betul-betul
dikehendaki oleh orang banyak.
·
Membiasakan
mengucapkan
“InsyaAlloh” (masyii’ah) ketika akan mengatakan atau melakukan
sesuatu yang belum terjadi.
·
Merahasiakan
sesuatu
yang diterima lewat impian atau ketajaman hati, kecuali terhadap guru
mursyidnya. Sebab kalau dibocorkan kepada orang yang tidak berhak
mengetahui
malah menjadi sebab tertutupnya hati. Kalau memang terpaksa seperti :
untuk
memberi ilmu & pendidikan kepada orang lain yang berhak mendapat
peringatan, maka caranya menyampaikan sebagian orang bermimpi atau
sebagian
orang-orang menerima peringatan ghaib, jangan mengaku diri sendiri.
·
Menentukan
waktu
khusus untuk melaksanakan perintah atau aurod dari guru mursyid sesuai
dengan petunjuknya.
·
Jangan
sekali-kali
merasa terlambat, belum berhasil terbukanya hati dan lain-lain,
lebih-lebih disampaikan dihadapan guru mursyid, akan tetapi ibadahlah
dan
laksanakanlah dengan sungguh-sungguh disertai keikhlasan, dibukak atau
tidak
jangan dijadikan tujuan puncak.
Pengambilan : Kitab Tanwiirul Qulub,
karangan
Syaikh Muhammad Amiin Al-Kurdi. Halaman 531-534.
0 komentar:
Posting Komentar