Selasa, 25 September 2012

ADAB SEORANG MURID TERHADAP DIRINYA SENDIRI

OLEH : K. DHOFIR SUHAIMI
ADAB SEORANG MURID TERHADAP DIRINYA SENDIRI
Orang yang menghendaki selamat di dunia & akhirat hendaklah selalu memenuhi beberapa adab untuk mengatur jiwanya.
·         Selalu merasa bahwa ALLOH SWT senantiasa melihatnya, sehingga merasa malu dihadapan ALLOH, jika punya hadast kecil apalagi hadast besar, bagaikan orang yang badannya kotor apalagi seluruh badannya kena najis, dihadapan orang yang harus di hormati kemudian membiasakan mengucap ALLOH-ALLOH didalam hati.
·         Jangan berlebih-lebihan didalam segala sesuatu yang mubah (makan, minum dan tidur) tetapi secukupnya saja.
·         Meningkatkan cinta kepada ALLOH, mengalahkan cinta lainnya.
·         Jangan sampai tidur masih mempunyai hadast besar.
·         Jangan mengharap sesuatu yang menjadi milik orang lain dan meninggalkan penilaian manusia, tetapi hanya mencari penilaian ALLOH (didalam bahasa jawa abang-abang lambe).
·         Jika sedang kena ujian berupa : sulitnya mendapat rizqi, kaum-saudara bahkan keluarganya membenci jangan sampai merasa bosan tetapi sabarlah, sebab banyak sekali murid yang kena cobaan ini, jika sabarnya diterima tidak lama lagi akan dibuka mata hatinya, akan tetapi jika merasa putus-asa bahkan sampai tidak merasa butuh kepada Thoriqoh lagi maka akan sesat selamanya dan rusaklah baiatan-nya secara batiniyah.
·         Selalu mawas diri jika merasa menurun ibadahnya, supaya dipaksa dan diberitahu bahwa lebih lama nikmat di akhirat daripada susahnya ibadah di dunia.
·         Menjaga lisan-nya dari perkataan yang tidak berguna serta menjaga hati dari kehendak yang tidak diridhoi ALLOH SWT.
Barang siapa yang menjaga lisan-nya dan istiqomah hatinya, maka akan mendapat keterangan hati.
·         Membiasakan mengurangi makan & minum, ukurannya berhenti sebelum kenyang.
·         Memejamkan mata dari melihat sesuatu yang di haramkan, apalagi melihat sesuatu yang menyebabkan syahwat (keinginan).
·         Meninggalkan gurau, tertawa terbahak-bahak yang tidak berfaidah menurut syar’i.
·         Meninggalkan perdebatan (debat kusir) dengan para pelajar dan ahli ilmu, tetapi cukup memberi penjelasan saja. Sebab orang yang berdebat, kebanyakan emosi, hanya menuruti kehendak nafsu, kemudian terjerumus kedalam kecurangan.
·         Menjahui rasa ambisi pangkat, derajat & jabatan, kecuali kalau betul-betul dikehendaki oleh orang banyak.
·         Membiasakan mengucapkan “InsyaAlloh” (masyii’ah) ketika akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang belum terjadi.
·         Merahasiakan sesuatu yang diterima lewat impian atau ketajaman hati, kecuali terhadap guru mursyidnya. Sebab kalau dibocorkan kepada orang yang tidak berhak mengetahui malah menjadi sebab tertutupnya hati. Kalau memang terpaksa seperti : untuk memberi ilmu & pendidikan kepada orang lain yang berhak mendapat peringatan, maka caranya menyampaikan sebagian orang bermimpi atau sebagian orang-orang menerima peringatan ghaib, jangan mengaku diri sendiri.
·         Menentukan waktu khusus untuk melaksanakan perintah atau aurod dari guru mursyid sesuai dengan petunjuknya.
·         Jangan sekali-kali merasa terlambat, belum berhasil terbukanya hati dan lain-lain, lebih-lebih disampaikan dihadapan guru mursyid, akan tetapi ibadahlah dan laksanakanlah dengan sungguh-sungguh disertai keikhlasan, dibukak atau tidak jangan dijadikan tujuan puncak.

Pengambilan : Kitab Tanwiirul Qulub, karangan Syaikh Muhammad Amiin Al-Kurdi. Halaman 531-534.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by AINURRIDWANPONPES MANBAUL HUDAIslamic2 Template